Latar Belakang Historisitas ayat 75-77

Latar belakang historisitas ayat 75-77 surat At-Taubah adalah tentang kisah Tsa’laba

Bismillah...

Suatu hari Tsa’laba mendatangi nabi Muhammad SAW, kedatangannya dengan maksud ingin meminta nabi Muhammad SAW mendo’akannya agar diberi rizki dan harta yang berlimpah, namun nabi Muhammad tidak serta merta mengiyakan, Beliau menjawab, “kebanyakan orang apabila diberi rizki dan harta yang berlimpah, sibuk akan hartanya dan melupakan darimana atau sumber harta itu berasal. Memiliki harta sedikit itu jauh lebih baik dan berharga apabila kita mau mensyukurinya”

Tsa’laba berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusmu sebagai rasul dan aku beriman kepadaNya dan kepadamu, jika engkau berkenan mendo’akan aku dan rizki itu telah datang kepadaku, maka sebagian harta itu akan aku sedekahkan kepada yang berhak menerima.” Beliau mencoba mengingatkan kembali dan memberi pelajaran, tetapi Tsa’laba tetap kukuh dengan pendiriannya dan terus melobbi meminta nabi Muhammad untuk mendoakannya agar diberi rizki dan harta yang melimpah. Pada akhirnya nabi Muhammad luluh dan mau mendo’akannya.


Nabi kemudian memberi Tsa’laba seekor kambing, selang beberapa hari kambing bertambah banyak, dan hari demi hari kambing-kambing Tsa’laba semakin banyak sampai memenuhi jalan-jalan di sekitar madinah, bahkan lahan untuk menggembala kambing sudah tidak cukup lagi untuk menampung banyaknya kambing Tsa’laba, kemudian ia memutuskan untuk menjauh dari madinah, mencari lembah yang luas sebagai tempat menggembala kambing.

Saking banyaknya jumlah kambing Tsa’laba dan ia pun dibuat sibuk mengurusinya, dalam shalat 5 waktu ia hanya sempat berjamaáh ketika waktu dhuhur dan ashar. Semakin hari kambing Tsa’laba bertambah banyak, ia pun jadi disibukkan pada kambing-kambing ternaknya, puncaknya ia tidak sempat lagi shalat berjama’ah, dan pada waktu shalat jum’at pun ia tidak meluangkan waktunya untuk berjama’ah.

Karena jarangnya ia terlihat shalat berjama’ah di masjid, nabi Muhammad menanyakan keberadaan Tsa’laba kepada para sahabat kenapa ia tidak pernah lagi terlihat dalam barisan shalat berjama’ah. Sahabat membeberkan, bahwasanya sekarang Tsa’laba sedang sibuk mengurusi kambing-kambing nya. Dengan mimik wajah sedikit kecewa, Nabi Muhammad berkata, “Celaka kamu Tsa’laba!, Celaka kamu Tsa’laba!, Celaka kamu Tsa’laba!”

Diceritakan versi lain bahwasanya nabi Muhammad SAW mengutus 2 amil zakat untuk menarik zakat kepada Tsa’laba, namun Tsa’laba berbelit sampai akhirnya tidak mau membayar zakat.

Dari kisah diatas, kemudian turunlah ayat..

Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shaleh.” Qs. At Taubah 75

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Qs. At Taubah 76

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga) mereka selalu berdusta. Qs. At Taubah 77

Secara tersurat ayat itu ditujukan kepada nabi Muhammad, namun kita semua tau Al-Qur’an sifatnya universal dan tidak terikat oleh waktu, secara tersirat ayat itu memberikan pelajaran kepada kita betapa hinanya orang munafiq, jika kita terjebak dalam hal yang sama maka kita tidak jauh beda dengan Tsa’laba, kita termasuk golongan orang munafiq sebagaimana disebutkan dalam ayat 77 pada surat At-Taubah, Allah akan membiarkan kemunafikan tumbuh pada diri kita sampai kepada waktu kita menemui Allah yaitu hari ketika semua orang dimintai pertanggungjawaban, kala itu mulut kita dikunci. Dan mata, telinga, kaki, tanganlah yang nantinya akan berbicara menjadi saksi atas segala tindakan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia. Na’uzubillah tsumma na’uzubillah, mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan, kebenaran dan kesabaran, semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang munafiq, yang jelas-jelas tempat mereka nanti adalah di keraknya neraka, neraka paling bawah, neraka paling berat dan pedih siksaannya. Waallaahu a'lam bis-shawaab

Oleh : Hanif Al islami

Posting Komentar